MOTIVATION

Succes is my right!!!

Kamis, November 22, 2007

Ramadhan Terakhir

Ini cerpen hasil karya saya sendiri,terus saya kirim untuk mengikuti lomba nulis cerpen bertajuk ramadhan yang diadakan oleh panitia SDRAM 1428H(Sehati Dengan Ramadhan) -FUKI FASILKOM UI-

Ramadhan Terakhir

Di atas ranjang ini, ditemani kain yang menyelimuti tubuhku dan jarum infus yang tertancap di pergelangan tanganku kananku, aku tidak dapat merasakan nikmatnya berpuasa pada Ramadhan kali ini. Vonis dokter terhadapku membuatku semakin sedih karena aku belum ingin meninggalkan keluargaku. Setelah ayah wafat meninggalkan ibu beserta ketiga anaknya, aku merasa sangat prihatin dengan kondisi ibuku. Beban beliau semakin bertambah dalam memenuhi kebutuhan diriku dan kedua adikku. Ibu bahkan rela menjadi pedagang sayur keliling. Kondisi fisiknya yang semakin menua, kulitnya yang mulai lusuh, dan rambutnya yang mulai memutih tidak menjadi kendala dalam mencari nafkah untuk keluarga kami.
***
Jam sudah menunjukkan pukul lima sore. Seperti biasa ibu dan kedua adikku, Amir dan Putri, akan datang menjengukku sambil berbuka puasa bersama di rumah sakit. Ibu yang harus berjualan sayur membuatnya tidak dapat menjaga diriku seharian di rumah sakit, ditambah lagi harus mengurus Putri yang baru berumur dua tahun. Bahkan ibu harus menggendong Putri sambil mendorong gerobak tua yang berisi berbagai macam sayuran. Memang tidak ada lagi yang menjaga Putri selain ibu karena Amir pun harus sekolah dari pagi hari hingga sore hari, ditambah lagi dengan aktivitasnya di Rohis SMA. Adikku yang satu ini sangat loyal terhadap Rohis SMAnya sehingga tidak heran Amir dipercaya menjabat sebagai ketua Rohis.

Kudengar suara pintu terbuka, sepertinya ada orang yang sedang memasuki ruangan tempat aku berbaring di atas ranjang.

“Assalamu’alaikum Bang Rangga!”, ternyata Amir yang datang.
“Wa’alaikumsalam Mir!”, sahutku membalas salam Amir.

“Loh, kamu gak bareng sama Ibu dan Putri ya?”, aku keheranan bertanya kepada Amir.

”Nggak Bang! Amir dari sekolah langsung ke sini, soalnya tadi habis pulang sekolah ada rapat Rohis. Amir kira Ibu dan Putri sudah datang dari tadi, makanya Amir gak pulang ke rumah dulu.”.

”Tapi abang jadi khawatir sama Ibu dan Putri, kok mereka belum datang?”.

”Abang tenang aja, gak usah panik gitu! Abang harus yakin kalau Ibu bisa jaga Putri dan dirinya sendiri. Paling sebentar lagi mereka datang.”, Amir meyakinkan diriku.

”Abang sudah makan belum tadi siang?”, tanya Amir.

”Sudah, cuma tadi gak habis. Soalnya lagi gak nafsu makan.”.

”Abang jangan begitu! Kok gak dihabisin? Abang kan harus jaga kesehatan agar kondisi Abang lebih membaik.”, Amir mengingatkanku sambil mengupas buah jeruk yang dibeli oleh Amir di minimarket sebelum menuju ke rumah sakit.

Selain ibu yang sangat sayang kepadaku, Amir juga sangat perhatian terhadapku. Terlebih lagi selama aku dirawat di rumah sakit, aku merasa semakin lebih dekat dengan Amir karena sebelumnya hubunganku dengannya sangat renggang. Aku merasa sangat bersalah dengan Amir karena selama ini aku sering bertengkar dengan Amir bahkan aku juga pernah memukulnya. Nasehatnya yang membuat telingaku panas membuatku jengkel. Aku jadi teringat dengan pertengkaran yang terjadi pada waktu itu.
***
”Abang tau gak kalo narkoba itu haram dan berbahaya? Abang gak takut ya kalau barang yang sering Abang konsumsi itu bakal ngerusak badan Abang!”.

”Heh, anak kecil! Lu gak usah sok nasehatin gue ya! Tau apa lu dengan urusan gue!”, aku menjadi kesal dengan perkataan Amir.

”Amir cuma mau ngingetin Abang aja kok! Abang gak kasian ya sama Ibu yang udah capek-capek nyari duit buat kita, tapi Abang malah sering ngambil uang yang Ibu dapet dari hasil berjualan sayur buat beli barang haram itu! Inget Bang bapak udah meninggal, seharusnya kita ngebantu Ibu cari uang!”, nasehatnya membuatku semakin jengkel.

“Heh brengsek! Sini lu! Lu jangan macem-macem ya sama gue!”, aku tidak dapat mengendalikan emosi sehingga pukulanku melayang di perut Amir.

Ibu yang baru pulang dari berjualan sayur mendengar pertengkaran kami dan segera menghampiri kami.

”Astaghfirullahaladzim! Rangga apa-apaan kamu ini!”, Ibu berteriak sambil melindungi Amir dari pukulanku.

”Rangga! Ibu mohon kamu jangan memukul Amir lagi!”, tegas ibu.

”Alaah! Ibu dan Amir sama aja!”, ketus aku sambil meninggalkan mereka.
***
Kejadian itu membuatku sangat menyesal.
”Abang kenapa melamun? Nih dimakan jeruknya, dihabisin ya!”, perkataan Amir membuyarkan lamunanku.

”Mir! Maafin Abang ya atas perbuatan Abang selama ini terhadap Amir dan Ibu! Abang sangat menyesal dengan apa yang telah Abang lakukan selama ini! Narkoba membuat abang menderita sehingga harus dirawat di rumah sakit. Abang janji gak akan make barang haram itu lagi! Abang sungguh-sungguh sangat menyesal!”, perkataanku tadi membuatku menitikkan air mata penyesalan yang sangat mendalam.

”Iya Bang! Amir juga minta maaf kalau selama ini Amir kurang ngingetin Abang sehingga Abang bisa terjerumus ke dalam bahaya narkoba. Tapi Amir sangat bersyukur karena Abang sudah menyesal dengan perbuatan Abang dan gak akan mengulanginya lagi. Berarti Allah masih sayang sama Abang karena Allah telah mengingatkan Abang untuk tidak make barang haram itu lagi. Ibu pasti akan senang dan terharu dengan penyesalan Abang ini.”, Amir menanggapi penyesalanku sambil mengusap punggungku untuk menenangkan diriku yang sedang menangis.

“Amir apapun nanti yang terjadi, Bang Rangga mohon sama Amir untuk selalu jaga Ibu dan Putri! Jangan jadi orang yang seperti Abang! Selalu meyusahkan kalian setiap hari!”, mohon aku kepada Amir.

“Iya Bang! Amir akan tetap selalu ngejaga Ibu dan Amir!”, jawab Amir.

Waktu sudah menunjukkan pukul setengah enam lebih menjelang Maghrib. Tak lama kemudian ibu dan Putri datang sambil membawa makanan hasil masakan ibu untuk dimakan saat berbuka puasa nanti.
”Assalamu’alaikum!”, salam ibu sambil membuka pintu.

”Wa’alaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh!”, aku dan Amir serentak menjawab salam ibu.

”Oh, ternyata Amir sudah datang! Mir tolong bantu Ibu membuka semua bungkusan makanan yang Ibu bawa ini!”, suruh ibu kepada Amir sambil menaruh semua makanan di atas meja.

”Rangga, gimana kondisi badan kamu? Udah mendingan?”, tanya ibu sambil menghampiri diriku.

”Alhamdulillah, Bu! Rangga Cuma ngerasa pusing sedikit aja kok!”, jawab aku sambil menyalami tangan ibu.

Bedug Maghrib diikuti oleh suara adzan berkumandang menandakan waktu berbuka puasa telah tiba. Amir pun segera menuangkan air teh manis ke beberapa gelas untuk diminum oleh kami.

”Alhamdulillah, waktu buka sudah tiba. Ini teh manis buat Ibu, Bang Rangga, dan Putri.”, seru Amir sambil memberikan gelas berisi teh manis kepada ibu, aku , dan Putri.

Tak lama kemudian kamipun mencicipi kurma dan biskuit yang dibawa oleh ibu. Meskipun aku tidak berpuasa karena kondisiku yang sedang sakit, aku ikut serta mencicipi dan memakan makanan yang dibawa oleh ibu. Begitu juga dengan Putri yang masih kecil dan belum kuat untuk berpuasa menghabiskan biskuit yang katanya sangat enak.

Aku baru merasakan indahnya kebersamaan dalam keluarga ini karena dapat berkumpul bersama dengan ibu dan kedua adikku. Apalagi di bulan Ramadhan yang berkah ini, selama aku dirawat di rumah sakit, kami tidak pernah melewati berbuka puasa bersama keluarga. Padahal sebelumnya aku jarang berkumpul dengan keluarga di rumah, bahkan hampir setiap hari aku tidak ada di rumah. Kerjaanku sehari-hari hanya mengambil uang ibu dan mencuri barang milik orang lain agar aku bisa mendapatkan narkoba dari bandar untuk dikonsumsi. Inilah yang membuatku semakin sadar dan paham tentang begitu nikmat dan indahnya jika kita dapat menjalin kebersamaan dalam keluarga.
***
”Alhamdulillah! Akhirnya kamu sudah sadar!”, seru ibu sambil memijat tanganku.

Aku segera membuka kedua mataku lalu melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Kulihat hanya Ibu di ruangan ini selain aku. Ternyata Amir dan Putri belum kembali dari sholat Tarawih.

”Ibu, apa yang terjadi sama Rangga?”' tanya aku.

”Tadi pada saat buka puasa, tiba-tiba kamu pingsan. Untung dokter segera datang mengurusmu.”, jawab ibu.

”Terus, kenapa Rangga bisa pingsan Bu?”.

”Kata dokter jaringan saraf di otakmu yang rusak semakin parah.”, jelas ibu sambil menenangkan diriku.

Mendengar hal tersebut aku langsung menangis. Tanpa ragu-ragu ibu langsung memelukku. Kurasakan hangatnya tubuh ibu yang membuat diri ini menjadi tenang, seolah-olah rasa takut akan kematian semakin berkurang.
”Ibu...! Rangga minta maaf atas sikap Rangga yang sangat mengecewakan dan menyakitkan hati Ibu! Rangga sangat menyesal Bu! Rangga sangat menyesal...!”.

Pelukan ibu kubalas dengan pelukan erat dariku.

”Iya Rangga! Ibu sudah maafin Rangga sejak dulu kok! Yang penting sekarang kamu harus banyak berdoa kepada Allah! Kamu juga mesti pasrah dan ikhlas atas apa yang akan terjadi nantinya! Selama ini Ibu selalu mendoakan anak-anak Ibu termasuk Rangga agar menjadi anak yang soleh dan soleha!”,lanjut ibu.
***
Tepat di tengah malam, diri ini yang sedang tertidur lelap tiba-tiba merasakan rasa sakit dan perih di kepala. Aku mencoba untuk mengankat badanku, tetapi rasanya badan ini tidak bisa digerakkan. Aku hanya bisa menolehkan kepalaku dan menggerakkan kedua mataku. Kulihat ibu yang sedang tertidur lelap karena sudah seharian beraktivitas. Begitu juga dengan Amir yang tidur sambil merangkul Putri yang sedang tidur juga. Aku tidak mau membangunkan mereka yang sudah lelah mengurusiku.

Rasa sakit dan perih itu semakin menjadi. Kurasakan kepalaku seperti ditusuk-tusuk oleh pisau. Badan ini semakin sulit untuk digerakkan, bahkan kepalaku sudah tidak dapat ditolehkan lagi. Mulai kurasakan tubuh ini bergemetar dan kakiku terasa dingin. Ya Allah, apakah peristiwa yang kutakuti itu akan terjadi padaku? Kepalaku mulai terasa terbakar dan seluruh tubuhku menggigil. Aku berusaha untuk berteriak untuk meminta bantuan, namun apa daya aku tidak bisa membuka mulutku. Sudah mulai kurasakan semua tubuhku dari kepala sampai kaki terasa terbakar dan ditusuk-tusuk. Mataku tiba-tiba terpejam. Aku tidak sanggup lagi membuka kedua mataku. Aku semakin yakin bahwa peristiwa yang kutakuti itu akan datang. Ya, kematian itu pasti akan datang.

Pikiranku langsung tertuju pada ibu. Aku sangat menyesal atas perbuatan kasarku terhadap ibu. Rasa sakit itu semakin meningkat, namun kutahan rasa sakit itu. Kemudian aku berdoa dalam hati,

”Ya Allah, aku tidak pantas menjadi anak dari seorang ibu yang begitu tulus merawat diri ini. Padahal aku sering bersikap kasar dan sering membentaknya.
Ya Allah, aku rela seluruh dosa ibuku dilimpahkan terhadapku.
Ya Allah, aku rela nyawaku kuberikan kepada ibuku.
Ya Allah, aku rela tulang ibuku yang sudah mulai keropos diganti dengan tulangku yang masih kuat.
Ya Allah, aku rela mata ibuku yang sudah mulai rabun diganti dengan mataku yang masih jernih.
Ya Allah, aku rela jantung ibuku yang sudah mulai berdetak lambat diganti dengan jantungku yang masih berdetak kencang.
Ya Allah, aku rela menggantikan ibuku masuk ke neraka agar beliau dapat masuk ke surga.
Ya Allah, berilah umur ibuku yang panjang sehingga beliau masih dapat merawat kedua adikku.
Rabbighfirli waliwalidaya warhamhuma kamaa rabbayaani shagiiraa.
Ya Allah, ampunilah dosa kedua orang tuaku. Sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku di waktu kecil.
Ya Allah, jika kematian ibuku telah tiba, wafatkanlah beliau dalam keadaan khusnul khatimah.
Ya Allah, jika kematian diriku ini tepat pada waktunya, jika ini adalah Ramadhan terakhir bagiku, aku sudah siap Malaikat Izroil menjemputku.
Asyhaduallaa ilaa haillallah wa asyhaduannamuhammadarrasuulul lah!”.

Rasa sakit di kakiku mulai menghilang secara perlahan sampai ke atas tubuhku. Kurasakan detak jantungku mulai berhenti. Lalu semua panca indra dan seluruh organ tubuhku tidak berfungsi lagi. Ragaku menjadi tidak bernyawa sekarang. Innalillaahi wa innailaihi raaji'un.

gak nyangka, bisa dapet juara dua!trus hadiahnya cukup bermanfaat(yang bisa nambah ilmu)!Tapi sayangnya,peserta lomba cerpen yang ikut hanya.......????Jadi gak enak ngomongnya,yang penting saya bisa dapet pengalaman karena baru pertama kali saya ikut lomba cerpen.Menurut kalian,cerpenku gimana?mohon kritikannya...


Senin, Oktober 22, 2007

Para Pewaris Surga

Mereka adalah pewaris surga

Manusia yg disayangi Allah

Alangkah indah bila hati mengenalnya

Tanda-tanda ada tujuh di hidupnya

Yang pertama orang yang beriman kepada Allah, iman di hati, mulut, dan langkahnya

Yang kedua orang yang menjauh dari segala perkara-perkara yang tiada guna

Yang ketiga orang yang menunaikan zakatnya

Yang keempat menjaga kemaluannya

Yang kelima orang yang memelihara amanah

Yang keenam orang yang penuhi janjinya

Yang ketujuh orang yang selalu menjaga waktu dan khusuk setiap sholatnya

Dan mereka adalah orang yang dirindu surga

Surga FirdausNya tempat kembali mereka

Baru Punya Blog Nih!!!

Baru Punya Blog Nih!!!

Setelah sekian lama berjuang membuat blog, akhirnya saya berhasil membuat dan menata blog saya. Meskipun tampilannya kurang bagus dan masih standar, saya yang sebelumnya awam dengan blogging dan tidak punya blog sebelumnya merasa sudah berhasil memiliki sebuah blog! Sebenarnya saya sudah pernah buat di multiply, tapi saya ingin mencoba buat blog di sini sambil mengexplore multiply dan blogspot ini.

Saya sudah mengenal kata blogging sejak lama, tapi saya pada saat itu belum tertarik untuk membuat blog karena saya merasa bahwa membuat blog itu tidak penting. Baru saat ini saya menyadari bahwa blogging itu sangat berguna. Menurut saya blogging tidak jauh berbeda dengan menulis catatan harian atau diary, hanya saja blogging berada di dunia maya(internet) sehingga blog milik kita dapat diakses oleh semua orang.

Saya juga telah mengunjungi beberapa blog teman-teman saya, tampilannya banyak yang sangat menarik dan cukup kreatif. Tak hanya sekedar menulis catatan harian atau diary, namun kita dapat menulis apa saja yang ingin kita tulis. Apalagi kalau tulisan yang kita buat dapat menjadi inspirasi, ide, motivasi, wawasan, pembuka cakrawala berpikir yang lebih luas, dan semacamnya sehingga tidak menutup kemungkinan dapat memberikan manfaat kepada semua orang yang mengunjungi blog kita.

Semoga saja setelah saya membuat blog yang masih sederhana ini, saya dapt mempergunakan blog ini dengan sebaik-baiknya. Selain itu, saya berharap blog ini dapat bermanfaat juga bagi para visitor yang mengunjungi blog ini.